Syair Hujan Abu (Ejaan dan Bunyi Disesuaikan)
Krakatau pecah gunung Karang,
Apinya lompat, sorotnya terang,
Bunyi geluduk sangkanin perang,
Manusia mati beribu orang.
Krakatau pecah berasap abu,
Karangnya lompat, gunungnya rubuh,
Di mana negri pada kelabu,
Manusia mati beribu-ribu.
Air laut naik di darat,
Allah ta'ala kirimin surat,
Yang mana mati pada melarat,
Airnya datang dari akhirat.
Krakatau pecah geledak-geleduk,
Karangnya lompat sangkanin beduk,
Banyak manusia 'lah pada ibuk,
Bumi tergerak sangkan geluduk.
Anak kepiting menjepit kerang,
Gantung ancak atas kelambu,
Pasang kuping biarnya terang,
Saya merancak si hujan abu.
Gantung ancak atas kelambu,
Petik delima ku dengan arak,
Saja merancaklah hujan abu,
Keliling rumah pada bergerak.
Petik delima ku dengan arak,
Beli perunggu di rumah bola,
Keliling rumah pada bergerak,
Hari Minggulah mula-mula.
Beli perunggu di rumah bola,
Dari toko pergi di Kongkoan,
Hari Minggulah mula-mula,
Tempo ada cioko di Patekoan.
Dari toko pergi di Kongkoan
Kembang culan bungah ketupat,
Tempo ada cioko di Patekoan,
Bulan tanggal dua puluh empat
Kembang culan bungah ketupat,
Petik labu di Pasar Senen,
Bulan tanggal dua puluh empat
Hujan abu turun hari Senen.
Petik labu di Pasar Senen,
Kilap ada setengah jalan,
Hujan abu turun hari Senen,
Mulain gelap pukul sembilan.
Kilap ada setengah jalan,
Pentang tali jangan dicabut,
Mulain gelap pukul sembilan,
Orang larilah kalang kabut.
Pentang tali jangan dicabut,
Mangga kaer petik yang matang,
Orang larilah kalang kabut,
Trada lama airnya datang.
Mangga kaer petik yang matang,
Tukang lankan menjual garam,
Trada lama airnya datang,
Di Pasar Ikan kabarnya karam.
Tukang lankan menjual garam,
Ambil nampan bermuat kentang,
Di Pasar Ikan kabarnya karam,
Liat sampan malang melintang.
Ambil nampan bermuat kentang,
Pasang lankan di atas tembok,
Liat sampan malang melintang,
Banyak ikan 'lah pada mabok.
Pasang lankan di atas tembok,
Ambil kerang di dalam mangkok,
Banyak ikan 'lah pada mabok,
Semua orang pada menanggok.
Ambil kerang di dalam mangkok,
Petik ceremai ku dengan tali,
Semua orang pada menanggok,
Sampai ramai di pinggir kali.
Petik ceremai ku dengan tali,
Beli bakul di pasar pagi,
Sampai ramai di pinggir kali,
Airnya pukul keliling negri.
Beli bakul di pasar pagi,
Tukang birmat menjual garam,
Airnya pukul keliling negri,
Kampung Kramat 'lah sudah karam.
Tukang birmat menjual garam,
Tuan sekaut menulis surat,
Kampung Kramat 'lah sudah karam,
Air laut naik di darat.
Tuan sekaut menulis surat,
Gandaria bungah melati,
Air laut naik di darat,
Banyak manusia 'lah pada mati.
Gandaria bungah melati,
Ambil kwini di dalam kisa,
Banjak menusia 'lah pada mati,
Sampai kompeni datang periksa.
Ambil kwini di dalam kisa,
Peras santan bercampur kapur,
Sampe kompeni dateng periksa,
Dengar di Banten 'lah hujan lumpur.
Peras santan barcampur kapur,
Tukang kurma menjual sumbu,
Dengar di Banten 'lah hujan lumpur,
Semua rumah 'lah pada rubuh.
Tukang kurma menjual sumbu,
Ambil kentang bungah melati,
Semua rumah 'lah pada rubuh,
Sampai binatang 'lah pada mati.
Ambil kentang bungah melati,
Ambil kana dengan kekara,
Sampai binatang 'lah pada mati,
Sebab di Cina 'lah huru-hara.
Ambil kana dengan kekara,
Bungkus tepung di daun labu,
Sebab di Cina 'lah huru-hara,
Kabar di Lampung pada kelabu.
Bungkus tepung di daun labu,
Ambil kenari di dalam bakul,
Kabar di Lampung pada kelabu,
Sampai yang lari tenggelam timbul.
Ambil kenari di dalam bakul,
Tukang kerang jual tetampa,
Sampai yang lari tenggelam timbul,
Kampung Semarang tiada kenapa.
Tukang kerang jual tetampa,
Gandaria di atas meja,
Kampung Semarang tidak kenapa,
Surabayalah terang saja.
Dari Pintu Kecil ke Kali Besar,
Orang menyulam si daun labu,
Dari kecil 'lah sampai besar,
Baru ngalamin si hujan abu.
-si Nona Bujang